Author Archives: Admin

Memaknai Dana Punya dalam Siwa Puja Siwaratri

Pada hari yang sangat penting ini, kita kembali berada di Pura Luhur Uluwatu, yang merupakan sebuah Pura Sad Kahyangan, dan sekaligus Pura Dang Kahyangan yang sangat kita sucikan. Hari ini adalah hari Suci Siwaratri, yaitu hari untuk melakukan Siwapuja yang jatuh pada Panglong Ping 14 Sasih Kapitu, Catur Dasi Kresnapaksa Maghamasa. Pelaksanaannya ditandai dengan pemujaan kepada Siwa, prinsip tertinggi alam semesta, Brata Siwaratri yang terdiri atas Jagra (tidak tidur), Upawasa (puasa), dan Mona (Brata diam). Disamping itu, besok pagi secara khusus diadakan upacara menghaturkan persembahan (punya) kepada para pandita, yaitu bertepatan dengan Tilem Sasih Kepitu. Pemaknaan betapa pentingnya punya di dalam pendakian spiritual sebagai bagian dari Brata Siwaratri kiranya perlu mendapat perhatian kita semua sehingga upacara yajna yang terkesan selama ini sangat ritualistik mempunyai dimensi sosial kemasyarakatan yang menyentuh seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian agama Hindu tidak hanya terkesan mengurusi masalah-masalah kerokhanian (niwrtti) tetapi juga keduniawian (prawrtti)

Further reading here Dana dalam Siwaratri

19 Jul 2016

Guru dalam Renungan Hari Suci Siwaratri

 

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Siwaratri merupakan hari suci untuk memuliakan, memuja dan memohon anugrah kepada Siwa. Siwaratri jatuh setiap tahun, yaitu pada purwani ning Tilem Sasih Kepitu Perayaan Siwaratri dilakukan dengan melalukan Brata Siwaratri, yaitu puasa (upawasa), melek (jagra) dan diam bermeditasi, tidak mengeluarkan kata-kata (mono). Yang paling dipentingkan adalah jagra, yaitu melek selama 34 jam sejak matahari terbit Panglong Sasih Kepitu hingga matahari terbenam pada Tilem Sasih Kepitu. Pada hari ini umat Hindu di seluruh dunia merayakannya dengan segala kesuntukan, kekhidmatan.
Hari suci Siwaratri tahun ini jatuh pada hari Selasa, 20 Januari 2004. Kiranya untuk memaknai lebih dalam Siwaratri kali ini, tidaklah berlebihan kalau kita mencoba memahami guru dalam perspektif ajaran Siwaratri. Betapa tidak pemahaman terhadap eksistensi guru baik sekala maupun niskala ini mengalami pergesaran-pergesaran sejalan dengan perkembangan zaman. Jika dulu profesi guru dinilai sebagai profesi yang mulia, sekarang guru itu tidak lebih dari pegawai kantor biasa dengan segala rutinitasnya. Minat untuk menjadi guru tidak menjadi pilihan pertama anak-anak lulusan sekolah menengah. Kalaupun ada yang memilih itu pun anak-anak dari kalangan kelas ekonomi kelas bawah. Berpredikat menjadi guru sekarang ini bukan menjadi kebanggaan, padahal guru mengajarkan ilmu pengetahuan baik ilmu-ilmu sekuler maupun rokhani. Berpredikat guru sering diplesetkan menjadi kang guru.
Makalah in mencoba membahas guru dari perspektif ajaran Siwa khususnya Siwa Siddhanta dan mencoba menghubungkan ajaran-ajaran itu dengan fenomena kekinian bahwa terdapat profanisasi pemaknaan guru. Makalah ini diharapkan mengingatkan kembali betapa penting dan strategisnya peranan guru di dalam pembangunan peradaban umat manusia yang mengedepankan nilai-nilai kesucian.

Further reading here GURU DALAM RENUNGAN SIWARATRI

19 Jul 2016

Wisdom: Deeds as faithful guide

Ring laksmi makahingan ing greha taman vinava ri sedenging paratrika/
Ngkaneng smasana hinganing sva-kula vandhava veka-veka bharya tan vaneh/
Nghing tang karmika purva yan sukreta duskreta manuduhaken tekeng paran/
Dharmadharma tinutnya (selavana) salakna dadi milu manuntun ing henu //
(Nirartha-Prakrta., III: 1, pp 26-7)

[When one is passed away, his/her wealth remains at home only, it will not go along with him/her. All members of family: bothers-sisters, wife/husband and children come along with him/her till the cemetery only. However, all actions performed during life-time either good or evil will obviously become the guide wherever the soul /self goes].
Most of us have spent a lot of time, energy and finance to take care of our children and wife/husband. It is very natural parents devoted to their children, husband to his wife and vice versa since they love each other. We do so because we are worried about them: health, performance, education, future, etc. We wish them to become successful in their future life. It is common for all in every place of the world. However, it is very less attention given to the actions themselves. For gaining is not the most important but the motives of acquiring it. Is it gained in good or bad manner?
Nonetheless, actions – good or evil during life time, are the faithful/devoted friends wherever one goes after death; they always come along with him/her. They guide the soul to the proper direction either to hell or heaven. Thus, one is the architect of his/her after-world journey. Wealth and other possessions still remain at home only. Family members, colleagues, friends and others accompany him/her till the cemetery/cremation ground only, and after the funeral function is over they have to come back home sad leaving the soul alone going somewhere. They can do nothing for the soul, except weeping. Or, none can help him/her except him/herself. It is only good/right/noble action that can save him/her from punishment/hell, whereas evil action causes him to experience sufferings in hell. Good/bad actions determine his/her future rebirth. Hence, during life-time one should try hard to perform good/right thinking, speech and action (known as Tri-kayas) irrespective of unfortunate situation faced in life. The most valuable wealth is investing goodness to other for the betterment of society or nature. Unlike physical/material wealth, goodness no one can take away or rob it. So, we do not need to spend money to save guard it***

19 Jul 2016

Besakih Temple Bali In Aeral Video

18 Jul 2016

 

 

18 Jul 2016

Prambanan Temple in Aeral Motion

20 Jun 2016