Books published

Some books have been published in the last twenty years covering various topics of philosophy, religion, and culture by the author, I.B. Putu Suamba. He discusses Indonesian or Balinese culture or religion from the perspectives of Indian tradition. In addition to books, some articles published in national and international journals. Books and articles or papers were written in English or Indonesian language. This category shows some of his books published and a brief description of them.

BOOK PUBLISHED BOOK PUBLISHE2 BOOK PUBLISHE3

 

 

28 Jul 2016

Pictures: Conference and Dharma Pangasraman

IMG_5364

Dharma-Dhamma Conference, Bhopal (2012)

11738058_10204788387169626_12443293101991599_n

Youth Dharma Pangasraman (Mas, Bali – 2014)

27 Jul 2016

History, Religion, and Philosophy of Balinese: A Brief View

Some general ideas / thoughts about history, religion, philosophy, and arts in the following sections are expected can throw some lights to understand Balinese people, life, and culture better than tourists who come just for a while leisure time taking snaps and traveling around. Having a deeper look at these fields of study, one learns and finds Bali as ideas not merely as a tangible entity; each domain grows and interacts each other in multifarious way forming what we called it as “Balinese culture”.
History looks it from time frame or chronological order of the past that can be described based on data available; and at the same time, shows development of ideas, life, and culture through the ages of people inhibited this island. Past, present, and future are time frames to which a Balinese always looks at; moreover in pursuing his ultimate goal of life. There has been a progressive development since pre historic to modern age, perhaps, similar in other parts of the world. The fact shows that such data is not complete in itself or fragmentary in nature; and reconstructing Balinese past especially in prehistoric and old period is a difficult job. Religion shows Balinese life expressing their religiosity centralizing in worshiping the Almighty God or divinities. Prior to the arrivals of foreign influences like from India, China, Middle East, Europe, etc. Balinese had already believed in the existence of the super natural powers, which they called it by various names and images. Philosophy looks at subtle ideas, religious in nature labored by Balinese stalwarts in past as depicted in its textual traditions. Philosophy developed when Balinese had got acquainted with foreign ideas and literary tradition commenced. They were interested in finding out the truth that can be used as the foundation of secular and religious practices. Arts in various forms or modes of expression produced by Balinese as a consequence of their efforts to reach the highest goal of life called moksa (liberation). Arts involves not only in secular but most importantly in religious life. Temple festivals or any holy sacrifices (yajnas) performed are not free from the existence of arts. Bali has wealth of artistic events fascinating visitors.

Further reading Hand Out.doc history religion and philosophy of balinese

25 Jul 2016

Pemikiran-pemikiran Environmental Ethics dalam Kesusastraan Sasana Jawa Kuno: Studi Eksploratif

Abstract
Achievement obtained in science and technology has been acknowledged that it has contributed so many things in terms of easiness and development. However, this development has causes the existence of dehumanization affecting entire world. There exists a problem of gaps between humans and humans and between humans and environment. Ethics in so far deals only with relationships amongst human beings, so that environment only depends on the kindness of human beings. In other words, ethics is still anthropocentric rather than nature or universal central approach in its application. Texts of Sasana in Old Javanese literature (Kawi) indeed contain ethical environment thoughts which need to be uncovered and reconstructed to become a system of environmental ethics that to be used to cope with increasing problems on environment. Ethical thoughts cover the concepts of Tri Kaya, Dasa Sila, Dasa Yama Brata, Dasa Niyama Brata, Tattwam Asi, etc. All of these are, really speaking, bases of yoga. When these thoughts can be formulated, then environmental ethics is none but an implementation of yoga in which two different poles can be kept in balance and synchronized.
Key words: environmental ethics, dehumanization, anthropocentric, yoga, dharma.

Further readingEnvironmental Ethics dalam Teks Sasana Jawa Kuno

25 Jul 2016

“Kewala Peja Tinunun, Pitra Yajna Ne Kawuwus” : Upacara Pitra Yajna Seperti Diterapkan Oleh Ida Pedanda Made Sidemen

Ida Pedanda Made Sidemen telah mewariskan kepada kita sejumlah karya yang di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran yang menarik diketahui, terutama oleh generasi muda. Beliau lebar (meninggal dunia) pada tanggal 10 September 1984 dalam usia 126 tahun di Sanur. Beliau dikenal sebagai sastrawan besar di dalam sastra Kawi, seorang pedanda yang sangat sederhana dan taat melakoni sasana kawikon, dan tentu seorang budayawan. Beliau mempresentasikan sosok kawi-wiku yang ideal.
Satu pemikiran beliau yang menarik diketahui adalah mengenai upacara Pitra yajna yang beliau sebut sebagai Mitra-yajna. Beliau sudah menerapkan kepada masyarakat yang mau melaksanakannya di sejumlah desa di Bali dan telah menjadi tradisi tersendiri. Apa yang disebut Mitra-yajna seperti diterapkan oleh Ida Pedanda Made Sidemen? Apa perbedaannya dengan Pitra-yajna yang lumrah dilaksanakan? Apa landasan tattwa pelaksanaan upacara Mitra-yajna? Bagaimana pelaksanaan upacara Mitra-yajna?

Mitra yajna menurut Ida Pdd Md Sidemen

25 Jul 2016

Memahami “Karang Awak” Ida Pedanda Made Sidemen

Tema pokok Pesta Kesenian Bali (P.K.B.) ke-38 tahun 2016 ini adalah “Karang Awak: Mencintai Tanah Kelahiran”. Tema ini diharapkan menjadi inspirasi atau arahan bagi para seniman, panitia, dan peserta pameran di dalam menciptakan dan menampilkan karya-karya seni di kompleks Taman Budaya (Art Centre) Denpasar Bali, tempat dilaksanakan hajatan seni ini dari tanggal 9 Juli s/d 11 Juli 2016. Sementara itu, Ida Pedanda Made Sidemen (1858-1984), seorang kawi-wiku asal Gerya Taman Sanur di dalam karya geguritan-nya berjudul Salampah Laku ada menyuratkan konsep “tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin” dalam pupuh Sinom. Ungkapan ini semakin dikenal sejak upaya-upaya penerbitan atau pembahasan karya penting ini dimulai.

Memahami Karang Awak

25 Jul 2016

Aspek-aspek Karma Kanda dan Jnana Kanda dalam Siwaratri

Siwaratri, malam pemujaan Siwa sebagai sebuah peristiwa keagamaan senantiasa menarik terus dimaknai dalam konteks kekinian dan juga yang akan datang; menggali nilai-nilai yang terselubung di dalamnya di dalam rangka pecerahan rohani. Kesemarakan umat Hindu memuja Siwa di malam ini boleh dikatakan suatu fenomena keagamaan yang menggembirakan yang perlu dipelihara, namun yang lebih penting adalah pemujaan yang dilakukan agar juga memperhatikan aspek kualitas sebagai cermin kesadaran diri untuk terus mengembangkan kesucian, kesadaran diri.
Siwaratri dirayakan oleh umat Hindu di seluruh dunia. Di India, pada malam ini dilakukan Siwalinggam Puja, menghaturkan persembahan, atau festival kesenian di kuil-kuil Siwa. Kaum ibu mempersiapkan persembahan (sesajen) berisi kembang, buah, beras kuning, lampu dengan mentega, susu, dan manisan yang dibuat khusus Siwaratri. Setelah disucikan melalui mantra-mantra pandit, sesajen tersebut ditempatkan di hadapan Siwalinggam. Diyakini apabila kaum wanita memuja Siwalinggam pada hari ini, ia akan mendapatkan jodoh sesuai keinginannya. Perayaan ditandai dengan sembahyang kepada Siwalinggam dan upavasa. Di areal kuil Siwa terkenal di Khajuraho di wilayah Madya Pradesh festival Siwaratri berlangsung selama sebulan. Berbagai atraksi kesenian dan pameran yang bernafaskan Siwa dipentaskan di sini. Umat Hindu di sana merayakan hari suci ini dengan penuh kesucian, suka cita dan kemeriahan.
Makalah ini mencoba membahas aspek upacara dan tattwa-jnana di dalam Siwa Puja dalam Siwaratri, malam Siwa. Yang pertama dikenal dengan istilah Karma Kanda, yang terakhir dengan Jnana Kanda . Penekanan pembahasan diberikan pada aspek Jnana Kanda.

Karma Kanda dan Jnana Kanda dalam Siwaratri

 

23 Jul 2016

Papa dan Anugraha : Memahami Teks Kakawin Siwaratrikalpa

Ada kata-kata kunci yang kiranya perlu diperhatikan untuk mengingatkan kita kembali betapa ajaran yang terkandung di dalam pemujaan kehadapan Bhatara Siwa pada Siwaratri senantiasa perlu terus direnungkan. Karena persoalan hidup, ada kecendrungan manusia lupa; ajaran-ajaran agama selalu mengingatkan kita agar tidak sampai lupa. Di dalamnya ada anjuran/ ajakan dan bahkan perintah, dan larangan. Yang pertama dilalui dengan cara-cara subhakarma, yang kedua menghindari asubha karma. Kata-kata seperti papa, punya, lupa, aturu, dosa, jagra, brata, yoga, samadhi, anugraha dan sebagainya, penuh makna dan menjadi perhatian para pangawi, sastrawan, atau pencari kebenaran, terlebih lagi pada Siwaratri. Ada misteri di dalam hidup Lubdhaka dan Bhatara Siwa yang mendorong umat manusia untuk memahaminya.
Pada kesempatan ini kami mencoba mengangkat kata-kata papa dan anugraha sebagai bahan diskusi untuk memperluas wawasan kita. Apa makna di balik kata-kata tersebut? Bagaimana hubungan satu dengan lainnya; dan apa landasannya di dalam ajaran Siwa Tattwa?
Pemahaman kami bertumpu pada teks Siwaratrikalpa, sumber utama pelaksanaan Siwa Puja dalam Siwaratri di Indonesia dan teks-teks tutur seperti Wrehapati Tattwa dan Tattwa Dhang Dhang Bang Bungalan.

Papa-dosa-anugraha

23 Jul 2016

Sanskrit as a Vehicle for the Emergence of India-Indonesia Cultural Relationship

Abstract
Significant influence of Indian culture in the archipelago was due to the role of Sanskrit played in addition to strategic position the archipelago has in the world. When the encounter between Indian cultures with local culture happened in ancient times there were some rooms for Sanskrit to be used as medium of expressions. The result was the emergence of textual traditions producing a huge number of inscriptions and texts. In comparison with Indo-China region, it is only in Indonesia Sanskrit and Old Javanese have produced a huge number of literature covering various subjects of life both religious and non-religious. It has been studied in an intensive manner in teaching and learning tradition in a long span of time. It has a force that can harmonize various differences exist in society. However, the decline of Sanskrit learning perhaps due to the conversion of the people into Muslim in 15th century; and cultural contact between the two cultures got lessened till faded away in the post Majapahit period. Sanskrit as a vehicle of culture covers various aspect of life, like art, science, literature, etc.

Key words: Indian culture, Sanskrit, Old Javanese, inscription, and literature.

Sanskrit as Vehicle for India-Indonesia Cultural Links.-2

23 Jul 2016

Picture: With Prof Lokesh Chandra

IMG_5607

With Prof Lokesh Chandra at the International Academy of Indian Culture, New Delhi (2012)

21 Jul 2016